Kelemahan Kaum Imam - Memberontak Terhadap Otoritas

23:01:00 0 Comments

Diambil Dari buku: "Jalan Keimaman" - Ev. Daniel Krestianto


Ketidakpuasan terhadap apa yang dilakukan pemimpin ataupun tindakan-tindakan yang dilakukannya adalah pemicu seorang imam memberontak pada pemimpin di atasnya.

1 Raja-Raja 1:1,5,7

Raja Daud telah tua dan lanjut umurnya, dan biarpun ia diselimuti, badannya tetap dingin. Lalu Adonia, anak Hagit, meninggikan diri dengan berkata: "Aku ini mau menjadi raja." Ia melengkapi dirinya dengan kereta-kereta dan orang-orang berkuda serta lima puluh orang yang berlari di depannya. Maka berundinglah ia dengan Yoab, anak Zeruya dan dengan imam Abyatar dan mereka menjadi pengikut dan pembantu Adonia.


            Alasan imam Abyatar memberontak terhadap kepemimpinan Daud disebabkan Daud mengangkat seorang imam lagi yakni imam Zadok. Hal ini membuat Abyatar menjadi iri dan tidak puas dengan keputusan yang diambil Daud.

            Selain itu ada juga kisah yang lain. Yakni bagaimana imam Harun memberontak terhadap Musa.

Bilangan 12:1-2

Miryam serta Harun mengatai Musa berkenaan dengan perempuan Kush yang diambilnya, sebab memang ia telah mengambil seorang perempuan Kush. Kata mereka: "Sungguhkah TUHAN berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?" Dan kedengaranlah hal itu kepada TUHAN.


            Pemberontakan Harun dan Miryam juga disebabkan oleh ketidakpuasan akan apa yang dilakukan Musa. Mereka menjatuhkan sebuah penghakiman kepada Musa, dan mereka menganggap bahwa mereka lebih hebat dari Musa.

            Hal inilah yang harus kita waspadai! Kita tidak boleh memberontak terhadap pemimpin otoritas apalagi kita merasa bahwa kita lebih hebat  dari pemimpin kita. Kita merasa lebih peka mendengar suara Tuhan, dan pengalaman hidup kita lebih banyak, sehingga pada akhirnya kita merasa tidak puas dan memberontak.

            Seorang pemimpin tetaplah pemimpin yang ditetapkan Tuhan. Bukan urusan kita ia melakukan kesalahan atau tidak, bagian kita adalah tetap taat, selebihnya biarkan Tuhan yang berurusan sendiri dengan hidupnya.

            Dengan kita memberontak, kita bukan sedang memberontak terhadap pemimpin kita melainkan terhadap Tuhan, sebab mereka adalah pilihan Tuhan. Dengan kita memberontak dan tidak menerima kepemimpinannya, maka seolah-olah kita sedang berbicara kepada Tuhan bahwa Dia salah memilih orang. Bahkan kita sedang menjamah pengurapan yang turun atas hidupnya. Hal ini sangat berbahaya!

            Yang harus kita tanamkan di hati kita adalah pemimpin juga tetap manusia yang masih mungkin melakukan kesalahan. Namun sekali lagi saya katakan, ia melakukan kesalahan atau tidak bahkan kepemimpinannya menurut kita tidak benar, bukan urusan kita. Biarkan Tuhan berurusan sendiri. Allah yang kita sembah adalah Tuhan yang adil yang tidak mungkin menutup mata terhadap semuanya.

            Tidak ada cara yang bisa kita lakukan untuk menghindari hal ini selain kita selalu berkata bahwa kita hanyalah hamba yang melakukan apa yang menjadi bagian kita dalam kehendak Tuhan.

Bobby Hartanto

I pray that the eyes of your heart may be enlightened, so that you will know what is the hope of His calling, what are the riches of the glory of His inheritance in the saints, (Ephesians 1:18)

0 komentar: