Ibadah Minggu IFGF Palembang, 22 Mei 2016
IBADAH MINGGU IFGF PALEMBANG
22 MEI 2016
By: Ps. Yohan
2 Raja-Raja 6:1-7
1: Pada suatu hari berkatalah rombongan nabi kepada Elisa: "Cobalah lihat,
tempat tinggal kami di dekatmu ini adalah terlalu sesak bagi kami.
2: Baiklah kami pergi ke sungai Yordan dan masing-masing mengambil satu
balok dari sana, supaya kami membuat tempat tinggal untuk kami." Jawab
Elisa: "Pergilah!"
3: Lalu berkatalah seorang: "Silakan, ikutlah dengan hamba-hambamu ini." Jawabnya: "Baik aku akan ikut."
4: Maka ikutlah ia dengan mereka. Setelah mereka sampai di sungai Yordan, merekapun menebang pohon-pohon.
5: Dan terjadilah, ketika seorang sedang menumbangkan sebatang pohon,
jatuhlah mata kapaknya ke dalam air. Lalu berteriak-teriaklah ia: "Wahai
tuanku! Itu barang pinjaman!"
6: Tetapi berkatalah abdi Allah: "Ke mana jatuhnya?" Lalu orang itu
menunjukkan tempat itu kepadanya. Kemudian Elisa memotong sepotong kayu,
lalu dilemparkannya ke sana, maka timbullah mata kapak itu dibuatnya.
7: Lalu katanya: "Ambillah." Orang itu mengulurkan tangannya dan mengambilnya.
Di zaman itu, Elisa seperti memiliki kelompok-kelompok nabi atau sekolah nabi. Di zaman Elia, nabi-nabi itu berada di kondisi yang sangat tidak enak, sedang dihabisi, mereka beribadah secara sembunyi, diam-diam. Tapi di zaman Elisa, mereka berkemenangan, terjadi pembalikkan keadaan, status sosial mereka tinggi, menjadi orang-orang yang sangat dihormati di sana. Bahkan raja memanggil Elisa dengan panggilan bapakku. Saat itu mereka semua adalah kelompok nabi yang pandang, mendapatkan posisi yang sangat nyaman di sana.
Tapi di ayat 1 dikatakan tempat tinggal mereka terlalu sesak. Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan to small for us, tapi dalam bahasa Ibrani, ada kondisi yang sangat terdesak, terjepit, sangat terhimpit, terikat, seperti orang ditawan, dibelenggu, ada dalam suatu kepungan musuh. Waktu untuk perluaskan kapasitas, mengembangkan semuanya, justru bukan ketika kita berada dalam kondisi yang berkelimpahan dan tercukupi semuanya. Justru di situasi dimana ketika engkau terhimpit, terdesak, itulah sebenarnya waktu yang paling tepat untuk kita memperluas kapasitas kita.
Ini adalah kairosnya. Seperti doa Yabes. Arti nama Yabes adalah kesakitan. Kalau di zaman sekarang, istilahnya seperti anak sial. Dari sejak lahirnya dia disebut sebagai anak sial. Bisa saja dia terus berkata "ya aku memang anak sial" dll, tapi justru dia perbesar kapasitasnya, perlebar sayapnya, dia berseru kepada Tuhan, dia berdoa agar dia tidak menjadi kesakitan bagi orang lain, tapi justru menjadi berkat bagi orang lain. Yabes berdoa bukan ketika dia sudah mendapatkan semuanya, tapi ketika dia melihat bahwa dia disebut sebagai anak sial, dan dia tidak menyerah pada keadaan dan kondisi, sehingga pada akhirnya dikatakan Yabes dimuliakan lebih dari saudara-saudaranya.
Destiny kita tercapai atau tidak, rencana Tuhan digenapi atau tidak dalam hidup kita, itu bukan di tangan Tuhan, tapi di tangan setiap kita. Yang menentukan hidupmu jadi apa, akan mencapai garis akhir atau tidak, tergantung dari hidupmu sendiri, tergantung keputusan-keputusan yang engkau ambil setiap harinya. Yabes memutuskan untuk menjerit dari hati yang paling dalam. kepada Tuhan, dia mengambil sebuah pilihan, dan akhirnya hidupnya berubah.
Para nabi yang di ayat tadi juga seperti itu, di saat kondisi yang seperti itulah mereka memutuskan untuk memperluas kapasitas kita. Karena kebaikan Tuhan, Tuhan itu seringkali membuat kita berada dalam posisi tidak nyaman, agar engkau keluar dari comfort zonemu.
Di ayat berikutnya, mereka meminta izin kepada Elisa untuk pergi, dan mereka sadar pengcoveran, mereka mengerti tudung dan otoritas yang ada dalam hidup mereka. Entah bisnis, studi, keluarga, kita perlu yang namanya tudung, perkenan Tuhan, otoritas yang dari Tuhan. Setelah itu para nabi itu juga mengundang Elisa untuk ikut dengan mereka. Elisa memiliki punya kerendahan hati, sekalipun dia nabi besar, bergaul dengan orang besar dan orang penting, tapi dia mau turun ke bawah, mau ikut dengan nabi-nabi itu, mereka unity.
Kenapa nabi-nabi itu berkata kepada Elisa untuk ikut dengan mereka? Seperti Musa ketika itu meminta penyertaan Tuhan di bangsa mereka, berjalan bersama-sama dengan mereka, mereka tidak mau pergi kalau bukan Tuhan yang memimpin. Banyak yang menukar penyertaan Tuhan, menukar Tuhan nya sendiri dengan berkat, keuangan, terobosan, bahkan ditukar dengan janji Tuhan itu sendiri. Kalau seandainya Tuhan tidak menggenapi janjiNya dalam hidup kita bahkan sampai engkau meninggal / rapture, apakah engkau akan terus mengasihi Tuhan? Seperti Sadrakh Mesakh Abednego yang berkata sekalipun Tuhan tidak menolong, mereka tetap akan menyembah Tuhan. Cek dirimu, apakah engkau sudah kehilangan Tuhan karena engkau diberkati secara ajaib dengan bisnismu, pelayananmu, dll.
Lalu di ayat-ayat selanjutnya, dikatakan mata kapak salah satu nabi itu lepas dan masuk ke sungai. Kalau kapak itu tajam, mungkinkah mata kapak itu terlepas? Kapak yang tajam kalau dihantam ke kayu, itu pasti tertempel. Kenapa mata kapak itu bisa terpental? Karena tumpul. Kapak ini bisa berbicara tentang karunia, urapan, keintiman, panggilan, destiny, talenta, skill, hubungan dengan Tuhan. Kenapa bisa jadi tumpul dan kapak itu terjatuh ke dalam air? Karena dibiarkan terlalu lama, tidak pernah diaktifkan, tidak pernah diasah. Coba cek hidup kita, apakah mata kapakmu masih tajam? Bagaimana engkau menajamkan mata kapakmu? Besi menajamkan besi, manusia menajamkan manusia, ini berbicara mengenai hubungan kita dengan orang lain, pemimpin, kita butuh yang namanya dididik, diajar, dikoreksi. Seringkali mata kapak kita tumpul karena kita tidak pernah berlatih, merasa semua sudah ok, sudah berhenti mencari Tuhan, berhenti belajar, menganggap semuanya biasa, tidak punya hati yang siap ditegur, dan suatu saat ketika engkau diamkan terus, mata kapak itu akan hilang.
Lalu nabi itu ketika mata kapaknya jatuh, dia berteriak kepada Elisa, dia sadar kalau itu barang pinjaman. Apa artinya barang pinjaman? Titipan Tuhan, bisa talenta. Apa yang engkau perbuat dengan destinymu, karuniamu? Engkau harus pertanggungjawabkan semuanya itu kepada Tuhan. Tuhan berkata di Kitab Wahyu kepada jemaat di Efesus karena mereka meninggalkan kasih yang semula, tidak melakukan lagi apa yang dahulu mereka lakukan. Setiap kita punya panggilan, harus ada yang diselesaikan.
Di ayat tadi juga ada dikatakan kalau setiap orang masing-masing harus membawa balok. Artinya setiap orang ada pohonnya masing-masing yang harus ditebang, yang harus diurus. Kalau mata kapakmu tumpul, bagaimana caranya engkau bisa membawa balok kayu tersebut. Setiap kita dipanggil dengan panggilannya masing-masing. Di dalam satu tubuh itu ada yang harusnya tidak terlihat, ada yang terlihat. Jangan sampai yang harusnya tidak terlihat justru jadi terlihat. Yang jadi pertanyaan, apakah engkau tajam di panggilanmu tersebut? Kesepakatan bukan artinya melakukan sesuatu yang sama, tapi melakukan yang berbeda-beda, namun menghasilkan sesuatu yang indah dan sempurna. Kita punya bagian masing-masing, setialah dengan bagianmu masing-masing.
Ketika mata kapak itu jatuh, Elisa melemparkan kayu, dan akhirnya mata kapak itu muncul kembali. Kayu berbicara mengenai kedagingan, kemanusiaan kita. Potong, sunat, buang kedagingan kita. Lakukan bagian kita, jangan minder. Jangan sampai yang terdahulu jadi yang terkemudian. Jangan sampai kehilangan passion kita yang semula.
Elisa saat itu bertanya kapak itu jatuhnya dimana. Sejak kapan engkau kehilangan mata kapakmu, dimana letak engkau kehilangan, apakah karena ketika engkau terlalu sibuk mengurusi kedaginganmu, nonton TV, sibuk pada hobi, kecewa, pahit, dll. Habiskan kemanusiaan kita, kosongkan diti kita di hadapan Tuhan, minta Tuhan pulihkan. Bahkan ketika mata kapak itu sudah muncul, dia tidak diam saja, tapi ada tindakan yang harus dilakukan nabi itu, yaitu mengambil mata kapak tersebut. Memang Tuhan yang memunculkan kembali, tapi kita perlu mengambil itu kembali. Mempertahankan itu lebih sulit daripada yang namanya mendapatkan sesuatu itu. Ketika itu sudah hilang, dibutuhkan anugrah Tuhan agar itu bisa kembali lagi dalam hidup kita. Semua harus dipertanggungjawabkan.
Ketika sudah hilang, mereka bisa saja membuat proposal, berkata kepada masyarakat karena mereka mau membangun rumah, karena mereka adalah orang yang terpandang, terhormat, tapi mereka tidak melakukan itu. Ketika raja Damsyik mau bertanya kepada Elisa, bahkan dia memberikan persembahan kepada Elisa sebanyak muatan 40 unta. Bisa saja Elisa dan nabi-nabi itu meminta bantuan orang lain, tapi mereka tidak lakukan itu, Elisa mau agar nabi-nabi itu juga bekerja keras, melakukan semuanya, tidak hanya diam dan menunggu.
- ALL BY HIS GRACE - TO GOD BE THE GLORY -
- THE GREAT JUBILEE FOR ALL NATIONS -
- THE GREAT AWAKENING IN ALL NATIONS -
0 komentar: