Super Sunday IFGF Palembang, 17 September 2017

21:08:00 0 Comments

SUPER SUNDAY IFGF PALEMBANG
17 SEPTEMBER 2017

By: Ev. Christianus

Kekesalan itu harus dibereskan, bukannyan "ditelan". Sebesar atau sekecil apapun berkatnya, Tuhan itu sediakan sesuatu yang spesial untuk kita! Terkadang kita melihat segala sesuatu itu tergantung dengan value / harga dunianya. Contoh ketika kita sedang susah, dan mendadak Tuhan atur hingga ada orang yang memberi coklat kepada kita, dan ketika kita terima, kita bisa mengucap syukur. Tapi ketika kita pegang uang yang banyak, dan kita diberikan coklat oleh orang lain, kita bisa ya biasa saja, tidak terlalu excited karena terlalu kecil nilainya.

Tidak ada hal yang terlalu sepele yang Tuhan berikan dalam hidup kita. Tetap miliki mata yang jatuh cinta dengan Tuhan.

Bulan ini Heaven and earth united, bulan lalu surga dan bumi menyatu. United dan menyatu itu berbeda, menyatu itu prosesnya, kalau united itu sudah jadi satu. Ketika orang dengar heaven and earth united, biasanya orang akan berpikir mengenai berkatnya, anifestasinya, kemuliaan, dll. Memang itu bagian dari heaven and earth united, tapi tidak hanya di situ saja.

Dari penciptaan, sebenarnya surga dan bumi itu sudah bersatu hingga Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, bumi dan surga terpisah. Namun Tuhan tetap menjaga covenantNya, menyentuhkan satu titik di bumi dengan surga itu dengan Tuhan memilih nabi-nabiNya dan keluarga mereka, sehingga covenant itu tetap ada hingga terjadi masa pemulihan ketika Musa bertemu dengan Tuhan. Kemah Pertemuan saat itu menjadi portal antara surga dan bumi. Lalu di sana Musa melihat tabut, kaki dian, ukupan, dll dan harus dibuat sama persis, hingga kekudusan Tuhan itu bisa masuk ke Kemah Pertemuan. Musa pertama kali bertemu Tuhan di semak belukar, dan dia disuruh untuk menanggalkan kasutnya dan jangan berdiri dekat-dekat, sebab tempat itu kudus. Sebernarnya Tuhan menginfokan kalau kekudusanNya itu sangat berbahaya buat kedagingan Musa saat itu.

Ketika Musa bertemu dengan pribadi Tuhan, belum tentu bertemu dengan kekudusan Tuhan, dan juga sebaliknya, belum tentu para imam yang bertemu kekudusan Tuhan bertemu dengan pribadi Tuhan sendiri.

Kekudusan itu bukan hanya berbicara tentang kesempurnaan moral, tapi juga berbicara tentan nhukum, mujizat, dll, juga tentang hubungan Tuhan dengan manusia. Ayub itu juga dikatakan tanpa cacat, tapi kalau dia mati saat itu, belum tentu dia masuk surga, karena itu Tuhan hajar dia agar dia kenal Pribadi Tuhan.

Ketika kekudusan Tuhan masuk, bangsa Israel berjalan dengan mujizat, tapi juga mereka berjalan dalam hukum dan rules dari Tuhan. Lalu saat itu Tuhan "lantik" 22.000 orang dari keturunan Lewi untuk menjadi iman dan bisa masuk melihat kekudusan Tuhan, karena mereka berani berjalan dengan hukum Tuhan. Kekudusan Tuhan waktu itu sangat "berbahaya", karena ketika ada yang tidak beres masuk, dia akan mati, karena itu Tuhan buat aturan mengenai pentahiran dll. Musa bertemu dengan Tuhan di dalam kemahnya, tapi kekudusan Tuhan ada di Bait Allah waktu itu, sehingga terjadi 2 hal yang terpisah. Najis itu tidak kudus, tidak tahir. Orang yang tahir itu belum tentu kudus, tapi orang yang dikuduskan itu pasti jadi tahir. Ketika imam sudah dikuduskan, dia jadi kudus, tapi ketika dia bersentuhan dengan yang najis, dia akan jadi najis. Itu yang jadi masalah, karena tubuh manusia tidak bisa "menampung" kekudusan Tuhan.

Ketika Yesaya bertemu dengan Tuhan, dia melihat kekudusan Tuhan, dan dia berkata bahwa dia najis bibir.

Yesaya 6:5-7 (TB)
5: Lalu kataku: "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam."
6: Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah.
7: Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: "Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni."

Yesaya mengerti bahwa dia harus masuk dalam pentahiran terlebih dahulu. Najis itu titik terendah manusia. Levelnya itu najis, tidak najis, tahir, kudus. Saat itu dia berada di titik najis, paling rendah, tspi ketika bertemu serafim, dia bahkan langsung jadi kudus. Bara itu sebenarnya melambangkan Kristus. Kristus turun dengan kekudusanNya, dengan 100% Tuhan dan 100% manusia, membawa bobot kemuliaan Tuhan.

Yohanes 1:14 (TB)
14: Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.

Dalam bahasa asli Greek yang ditarik ke Bahasa Ibrani dan ditranslate ke Inggris, dikatakan bahwa Firman itu menjadi daging dan Dia menjadi Kemah Pertemuan di antara kita, dan di situ kekudusan dan pribadi Tuhan itu bisa bersatu dan bisa ditemui, dan terjadi perubahan hukum lagi yang dari awalnya kekudusan di Bait Allah dan pribadiNya di Kemah Musa. Musa pun sendiri tidak bisa melihat kekudusan Tuhan. Ketika Yesus turun, kekudusan dan pribadi Tuhan itu menjadi manusia. Walaupun Tuhan Yesus tetap daging selama di dunia, Dia tetap membawa bobot kekudusan di dalam hidupnya, sehingga sekalipun wanita pendarahan menyentuhNya, wanita itu jadi tahir, bukan Tuhan Yesus yang jadi najis. Ketika Tuhan Yesus bersentuhan dengan orang mati, orang kusta, buta, tuli, dll, justru mujizat terjadi mereka ditahirkan.

Tuhan Yesus berkata bahwa Kerajaan Surga sudah ada di antara kita. Kita seperti ragi, garam, dan itu berbicara tentang influence, atau artinya Kerajaan Surga itu nyata dalam hidup kita, yang seharusnya kita hidup membawa hukum Kerajaan Allah, dimanapun kita melangkah, kuasa gelap tidak bisa menyentuh kita, bahkan hal yang najis sekalipun menyentuh kita, itu yang jadi tahir.

Tapi kenapa hal itu begitu tidak nyata bagi kebanyakan orang Kristen? Hidup kita yang Tuhan mau itu kita membawa hukum Kerajaan Surga, terjadi supranatural, terjadi mujizat. Tapi apa masalahnya kenapa itu tidak terjadi?

Adam dan Hawa jatuh dalam dosa karena makan buah pengetahuan. Kutuknya apa? Dosa, tanah terkutuk, orang harus berpeluh agar menghasilkan sesuatu. Darah Yesus yang pertama tercurah itu mematahkan kutuk yang ada di tanah, hingga semua kutuk dibereskan oleh darah Yesus. Tapi masih ada yang menempel dari buah pengetahuan hingga keturunan sekarang. Ketika ular menghasut Hawa, dia berkata bahwa dia bisa menjadi seperti Allah. Manusia itu awalnya diciptakan untuk berjalan dengan Tuhan, punya semua panca indra untuk terus connect dengan Tuhan, bersama-sama dengan Tuhan. Apa yang membuat manusia bergantung dengan Tuhan karena manusia pada waktu itu tidak bisa membedakan yang mana baik dan yang mana buruk, sehingga mereka harus bertanya Tuhan apa yang harus dilakukan, sehingga semuanya berada di pimpinan Tuhan, bergantung penuh dengan Tuhan. Ular itu mau membuat agar kita bisa seperti Tuhan, tidak perlu connect dengan Tuhan, bisa menentukan sendiri yang mana yang baik dan yang jahat, padahal manusia dengan segala keterbatasannya tidak akan bisa tahu yang mana yang baik dan yang jahat. Manusia tiba-tiba punya "naluri tambahan" untuk menentukan sendiri menurut pandangannya sendiri. Covenant Tuhan pada Adam itu putus ketika mereka jatuh dalam dosa, dan ketika Tuhan tanya "dimana Adam", atau bahasa Ibraninya Ayeka, itu sebenarnya Tuhan mau bertanya dimana kamu di kontrak (perjanjian) itu, dimana posisi Adam di Perjanjian itu (karena Adam dan Hawa membatalkan perjanjian itu) dan kata ini dipakai ketika seorang pasangan meratapi pasangannya di atas kuburan, dia tahu pasangannya ada di bawah kubur tapi dia tidak tahu sebenarnya pasangannya sedang ada dimana.

Apapun yang kita lakukan itu tidak akan mengubah sikap Tuhan ke kita, tapi naluri Adam dan Hawa saat itu, mereka bersembunyi, memutuskan tidak mau bertanya pada Tuhan, hingga saatnya ketika "kepentok" baru kita bertanya pada Tuhan, dan ini yang turun ke keturunan demi keturunan hingga sekarang. Sekecil apapun, belajar tanya Tuhan! Contoh bahkan Pak Yusak ketika mau ke toilet, dia tanya Tuhan. Hal sekecil apapun kalau engkau tanya Tuhan, sekalipun kita mungkin belum dengar dan belum sadar apa jawabannya. Tuhan itu seringkali suka "membuktikan" kalau kita itu salah, kenapa? Agar kita sadar kalau kita itu sebenarnya tidak mengerti apa-apa.

Pelita bagi kakiku, itu zaman dulu ada sepatu yang ada pelitanya, dan pelita itu hanya bisa menerangi step by step, tidak bisa melihat jauh ke depan. Tuhan itu senang kalau dibuat "ribet" oleh kita karena kita sedikit-sedikit tanya Tuhan. Namun ada situasi dimana manusia tidak nempel dengan Tuhan, dan Tuhan akan buat engkau terus ingat dengan Tuhan, contoh ada yang ketika diberkati lupa Tuhan, Tuhan akan buat "seret" agar orang ini terus ingat Tuhan. Terus belajar tanya Tuhan, bahkan hal kecil pun ngomong dengan Tuhan. Betapa hubungan kita dengan Tuhan itu sangat dinantikan oleh Tuhan.

Kerajaan surga sekarang itu sedang "kejar tayang" agar Tuhan Yesus cepat datang dan jiwa-jiwa banyak diselamatkan. Seringkali kita mementingkan apa yang di depan kita daripada Tuhan. Orang yang terus memegang buah pengetahuan, ujungnya akan seperti Ayub. Ayub itu pribadi yang sempurna tanpa dosa, tidak bersalah sekalipun mengalami semuanya. Dia tidak berdosa, bahkan dia yang mempersiapkan korban bagi Tuhan. Ayub mengerti mengenai semua perhitungan Tuhan, bahkan sebelum ada hukum Taurat, karena kitab Ayub sudah ada sebelum kitab Taurat.
Terkadang kalau orang sudah dalam kedekatan tertentu, dia lebih mementingkan hati Tuhan tanpa melihat pribadiNya, hati Tuhan lebih besar dari pribadi Tuhan. Pribadi Tuhan itu berbeda dengan hukum-hukumNya!

Ayub bergaul dengan Tuhan, tapi dia lebih melihat hukum Tuhan lebih besar daripada pribadiNya. Ketika Ayub mengerti pribadi Tuhan sedang mengarahkan diriNya pada Ayub, seharusnya Ayub bisa berteriak pada Tuhan. Ada 3 kitab yang membahas tentang kebijaksanaan, Kitab Amsal (intinya menabur hal baik akan menuai yang baik, taat sama Tuhan diberkati, ikut Tuhan serius akan dicover, dll), Kitab Pengkhotbah (intinya semua itu sia-sia, semua yang ada di bawah matahari itu kesia-siaan belaka), lalu Kitab Ayub.

Pengkhotbah 8:14 (TB)
14: Ada suatu kesia-siaan yang terjadi di atas bumi: ada orang-orang benar, yang menerima ganjaran yang layak untuk perbuatan orang fasik, dan ada orang-orang fasik yang menerima pahala yang layak untuk perbuatan orang benar. Aku berkata: "Ini pun sia-sia!"

Hevel itu artinya sia-sia, dan juga memiliki arti seperti "asap", "tidak jelas". Jadi sebenarnya seperti mau dikatakan ada suatu hal yang tidak jelas terjadi di bumi, dll, ini pun tidak jelas. Bahkan Salomo pun berkata seperti itu.

Pengkhotbah 9:1 (TB) 
1: Sesungguhnya, semua ini telah kuperhatikan, semua ini telah kuperiksa, yakni bahwa orang-orang yang benar dan orang-orang yang berhikmat dan perbuatan-perbuatan mereka, baik kasih maupun kebencian, ada di tangan Allah; manusia tidak mengetahui apa pun yang dihadapinya.

Manusia itu tidak mengerti apa-apa, tidak bisa menentukan apa-apa.

Pengkhotbah 9:2 (TB)
2: Segala sesuatu sama bagi sekalian; nasib orang sama: baik orang yang benar maupun orang yang fasik, orang yang baik maupun orang yang jahat, orang yang tahir maupun orang yang najis, orang yang mempersembahkan korban maupun yang tidak mempersembahkan korban. Sebagaimana orang yang baik, begitu pula orang yang berdosa; sebagaimana orang yang bersumpah, begitu pula orang yang takut untuk bersumpah.

Intinya semua nasibnya sama. Banyak yang berpikir kita itu dibedakan, padahal sebenarnya sama.

Pengkhotbah 9:11 (TB)
11: Lagi aku melihat di bawah matahari bahwa kemenangan perlombaan bukan untuk yang cepat, dan keunggulan perjuangan bukan untuk yang kuat, juga roti bukan untuk yang berhikmat, kekayaan bukan untuk yang cerdas, dan karunia bukan untuk yang cerdik cendekia, karena waktu dan nasib dialami mereka semua.

Ini seperti mau dikatakan, mungkin ada yang berkata kalau mau breakthrough harus cerdik, tapi sebenarnya belum tentu.

Ayub sudah lakukan semua yang Tuhan mau, tanpa cacat, tapi dia mengalami "hukuman" yang sebenarnya pantas bagi orang fasik. Sekalipun dia alami yang jelek, dia tetap mengucap syukur, kalau dengan rumusnya dia benar, bahkan mungkin logikanya harus mengalami breakthrough karena dia bertindak sesuai dengan hukumnya. Bahkan hingga teman-teman Ayub seperti berkata bahwa Ayub itu pasti ada salah. Di Kitab Amsal, dibahas tentang "keadilan Tuhan", tapi di Kitab Pengkhotbah itu seperti mau membalikkan yang ditulis di Kitab Amsal.

Kitab Ayub ini seperti juga menggambarkan tentang anak sulung. Anak bungsu yang hancur, berdosa, dll, dan ketika anak bungsu pulang, anak sulung marah karena bapaknya tidak pernah memberi lembu untuknya berpesta dengan temannya. Anak sulung di hadapan bapaknya itu sebenarnya "hilang", karena bahkan anak sulung tidak diberitahu bahkan tidak diundang ke pesta. Anak sulung sempurna, tapi dia melihat hukum-hukum bapaknya jauh lebih besar daripada pribadi bapaknya sendiri. Anak sulung tidak konsen dengan pribadi bapaknya, dia lebih konsen dengan apa yang harusnya dia dapatkan dari bapaknya atas apa yang dia kerjakan, yaitu anak lembu. Dia tidak bertanya "bapak anggap aku apa? Kok aku tidak diundang ke pesta?".

Tanah Uz itu tanah tempat anak sulung, dan juga tempat dimana Kitab Ayub itu. Ketika Ayub dihajar pertama kali, harta benda dan keluarganya hilang. Seperti anak sulung, ketika dia tahu ada pesta untuk anak sulung, dia merasa tertolak dari keluarga dan bahkan terlepas dari harta bapaknya, karena yang dia bahas adalah anak lembu. Ayub ketika mengalami pukulan kedua, mengalami penyakit kulit. Penyakit kulit di Perjanjian Lama adalah tanda penolakan oleh Tuhan, kusta itu sebenarnya seperti diludahi oleh bapaknya, hingga akhirnya ada 3 orang temannya Ayub yang "menghakimi" Ayub. Lalu Ayub ditanyai Tuhan mengenai hal yang dia tidak mengerti, dan Ayub hanya bisa menutup mulutnya.

Kita harus mengerti bahwa Tuhan itu mau kita merindukan PribadiNya lebih dari semua breakthrough, mujizat, berkat dll. Mungkin kita melakukan apa yang Tuhan mau, tapi Tuhan itu tidak hanya mau kita di sana, Dia mau kita kenal PribadiNya. Ayub itu bergaul dengan Allah (terjemahan lain dikatakan mendengar Allah saja), dan akhirnya dia mengenal Tuhan. Kalau Ayub tidak memuntahkan buah pengetahuan, dia  tidak akan mengerti kalau dia itu sedang dihajar agar dia mengerti, dan bukan dihukum. Tuhan adalah pribadi, Dia tidak bisa dipatok. Jangan tunggu ada masalah baru engkau tanya Tuhan.

Rindukan Pribadi Tuhan! Terus jatuh cinta pada Tuhan! Breakthrough, berkat, mujizat, itu hanya bonus.

Ikan yang masuk ke tubuh Tuhan Yesus, mungkin mengalami hal yang tidak enak, harus dipotong, bahkan ada yang harus dibuang, tapi ujungnya dia bisa bersama dengan Tuhan.

- ALL BY HIS GRACE - TO GOD BE THE GLORY -

Bobby Hartanto

I pray that the eyes of your heart may be enlightened, so that you will know what is the hope of His calling, what are the riches of the glory of His inheritance in the saints, (Ephesians 1:18)

0 komentar: